Digitalisasi Meningkatkan Transaksi Cash Management Perbankan

625

(Vibiznews – Banking & Insurance) – Transformasi Digital di berbagai bidang membuat perbankan terus melakukan pengembangan digitalisasi layanan tidak hanya pada segmen ritel tetapi juga di segmen wholesale (korporasi dan komersial) dan UMKM. Karena perkembangan zaman menuntut transaksi keuangan juga dilakukan secara digital. Digitalisasi layanan wholesale tersebut telah mendorong peningkatan transaksi cash management.

Peningkatan transaksi cash management atau pengelolaan kas itu telah berkontribusi meningkatkan pendapatan berbasis biaya (fee-based income) dan juga dana murah bagi bank.

Mari kita simak volume transaksi cash management dari beberapa bank besar di bawah ini.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) misalnya, mencatat volume transaksi cash management lebih dari Rp 7.900 triliun per akhir 2021. Itu berarti tumbuh 29% secara year on year (yoy).
Menurut EVP Sekretariat dan Komunikasi BCA kepada media, maraknya digitalisasi pada layanan cash management turut meningkatkan frekuensi dan volume transaksi, memperluas basis nasabah, serta mempertahankan pertumbuhan dana murah (CASA).
dengan hal tersebut, fee-based income dari transaksi cash management segmen commercial dan SME BCA mampu tumbuh hingga 32% YoY.

Sementara PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) membukukan pendapatan fee sebesar Rp 307 miliar dari layanan cash management system sepanjang 2021. Itu meningkat 13,7% dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp 270 miliar.
Sebesar Rp 192 miliar dari fee-based income cash management tahun lalu berasal dari klien perusahaan fintech dan e-commerce. Hal ini berarti, pertumbuhan transaksi layanan cash management alias pengelolaan kas di BNI tahun lalu ditopang oleh pertumbuhan perusahaan fintech dan e-commerce.

BNI terus meningkatkan layanan perbankan bagi nasabah non ritel lewat BNI Direct. Platform ini menyediakan solusi terintegrasi layanan manajemen pembayaran, pengelolaan collection, pengelolaan likuiditas dan value chain management untuk mempermudah transaksi dan bisnis nasabah, terutama korporasi.
“BNI Direct juga digunakan oleh klien digital seperti e commerce dan fintech,” kata Direktur IT dan Operasi BNI, YB Hariantono.

Hingga akhir 2021, BNI Direct mencatatkan transaksi 494,3 juta atau tumbuh 115,3% secara YoY. Nilai transaksinya mencapai Rp 4.615 triliun atau naik 14,2 triliun. Sebanyak 269 juta transaksi merupakan kontribusi dari fintech dan e-commerce.

Lain halnya dengan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang memperkuat digitalisasi layanan cash management lewat SuperApp Kopra. Sepanjang 2021, volume transaksi pengelolaan kas di bank ini mencapai Rp 11.411 triliun atau meningkat 37,4% dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp 8.304 triliun.

Timothy Utama Direktur Information Technology Bank Mandiri mengatakan, fitur Kopra akan terus ditambah untuk semakin memudahkan transaksi dan bisnis nasabah di segmen wholesale.

Perseroan akan segera menghadirkan dua fitur unggulan yakni Kopra App dan Financial Forecasting. Timothy menerangkan, Kopra App adalah aplikasi Kopra yang dapat diunduh dan diinstall di gadget nasabah yang dapat digunakan untuk melakukan inquiry dan approval transaksi.

Sedangkan Financial Forecasting akan memudahkan pengelolaan likuiditas nasabah melalui informasi dana masuk dan kewajiban pembayaran keluar yang tersedia di Kopra Portal.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting