(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi global pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Investor terus mencermati masih tingginya risiko geopolitik, inflasi, dan resesi yang berpengaruh kepada bursa saham yang tergelincir ke zona merah.
- Dollar terkoreksi oleh aksi beli obligasi dari BOE yang mendongkrak pound sterling dan euro dari level terendahnya.
- Pasar akan monitor pekan mendatang perkembangan data PMI manufaktur dan jasa dari AS, Inggris dan Eropa, serta di akhir minggu rilis data penting Non-Farm Payrolls
- Meningkatnya tensi baru geopolitik dalam perang Rusia – Ukraina juga menjadi perhatian pasar.
Pasar saham dunia terpantau melemah, harga emas rebound, dan US dollar mengalami koreksi.
Minggu berikutnya, isyu prospek pemulihan ekonomi dunia global akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Global Market Review and Outlook 3-7 October 2022.
===
Pasar Forex
Minggu lalu di pasar forex, mata uang dollar secara mingguan terkoreksi oleh menguatnya pound sterling dan euro dari level rendahnya oleh Bank of England yang aktif membeli obligasi pemerintah Inggris, namun di hari terakhir sempat rebound karena data meningkatnya pembelian konsumen AS; dimana indeks dolar AS secara mingguan berakhir turun ke 112.17. Sementara itu, pekan lalu euro terhadap dollar terpantau bangkit ke 0.9800. Untuk minggu ini, nampaknya euro akan berada antara level resistance pada 0.9955 dan kemudian 1.0051, sementara support pada 0.9536 dan 0.9303.
Pound sterling minggu lalu terlihat menguat ke level 1.1155 terhadap dollar. Untuk minggu ini pasar berkisar antara level resistance pada 1.1738 dan kemudian 1.1900, sedangkan support pada 1.0538 dan 1.0356. Untuk USDJPY minggu lalu berakhir naik ke level 144.72 Pasar di minggu ini akan berada di antara resistance level pada 145.90 dan 147.67, serta support pada 140.34 serta level 138.50. Sementara itu, Aussie dollar terpantau turun ke level 0.6398. Range minggu ini akan berada di antara resistance level di 0.6770 dan 0.7137, sementara support level di 0.6363 dan 0.6253.
Pasar Saham
Untuk pasar saham kawasan, pada minggu lalu di regional Asia secara umum melemah di pekan ketiganya mengikuti Wall Street yang terus tergelincir oleh tingginya risiko geopolitik, inflasi, dan resesi di mata investor. Indeks Nikkei secara mingguan terpantau berakhir melemah ke level 25,937. Rentang pasar saat ini antara level resistance di level 27,628 dan 29,223, sementara support pada level 25,805 dan 25,520. Sementara itu, Indeks Hang Seng di Hong Kong minggu lalu berakhir melemah ke level 17,222. Minggu ini akan berada antara level resistance di 19,013 dan 19,492, sementara support di 17,016 dan 16,170.
Bursa saham Wall Street minggu lalu melemah, tergerus tajam di minggu ketiganya dengan S&P 500 mencatat level terendah tahun ini dan Dow Jones di posisi hampir 2 tahun terendahnya, ditekan oleh sentimen berlanjutnya kenaikan suku bunga di antara data terus melajunya inflasi Amerika. Dow Jones secara mingguan melemah ke level 28,725, dengan rentang pasar berikutnya antara resistance level pada 31,027 dan 31,277, sementara support di level 26,691 dan 26,143. Index S&P 500 minggu lalu turun ke level 3,590.8, dengan berikutnya range pasar antara resistance di level 3,921 dan 4,158, sementara support pada level 3,552 dan 3,513.
Pasar Emas
Untuk pasar emas, minggu lalu terpantau kembali rebound dari level 2 tahun lebih terendahnya ke posisi seminggu terkuatnya oleh terkoreksinya dollar, namun masih dalam bayangan sentimen berlanjutnya kenaikan suku bunga yang agresif, sehingga harga emas spot secara mingguan menguat ke level $1,660.95 per troy ons. Untuk sepekan ke depan emas akan berada dengan rentang harga pasar antara resistant di $1735 dan berikut $1808, serta support pada $1614 dan $1609.
Segera menuju kepada kuartal terakhir tahun ini, kita mendapati bahwa tahun 2022 merupakan tahun yang penuh gejolak pasar. Di tengah masih berlangsungnya pandemi, tensi geopolitik terus memanas dalam perang panjang Rusia – Ukraina serta kawasan Timur Tengah. Sementara itu, Amerika, Eropa dan beberapa negara maju lainnya berada dalam ancaman resesi ekonomi di tengah melejitnya tingkat inflasi. Harapan baru bagi kita bukanlah tenangnya pasar. Bukan, itu tidak akan pernah terjadi, di samping pasar jadi tidak menarik lagi dalam keserbatenangannya. Harapan itu ada pada penguasaan pengetahuan dinamika pasar yang semakin baik. Untuk hal ini, teman setia investasi Anda siapa lagi kalau bukan vibiznews.com? Perkenankan kami sampaikan terima kasih bagi Anda semuanya, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting