Rekomendasi Minyak Mingguan 3 – 7 Oktober 2022: Bisakah Pulih Pada Minggu Ini?

424

(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah WTI pada minggu lalu banyak digerakkan oleh naik turunnya dollar AS yang dilatar belakangi oleh masuk keluarnya arus safe – haven ke dalam pasar. Sementara pergerakan arus safe – haven dipengaruhi terutama oleh naik turunnya tingkat ketakutan akan resesi global.

Apa yang Terjadi Pada Minggu Lalu?

Memasuki minggu perdagangan yang baru hari Senin minggu lalau di $79.28, minyak mentah WTI  berhasil mengakhiri minggu lalu pada hari Jumat dengan posisi yang relatif sama di $79.90. Pada awalnya hari Senin, minyak mentah WTI tertekan turun lagi ke sekitar $77.00 karena ketakutan akan resesi global dan bertahan di $77.45 pada hari Selasa. Pada hari Rabu terdorong naik ke $81.38 karena berbalik melemahnya dollar AS. Pada hari Kamis melanjutkan kenaikannya ke $82.30. Namun pada hari Jumat berbalik turun ke $79.36.

Pergerakan Harian Harga Minyak Mentah WTI Minggu Lalu

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Senin memulai minggu perdagangan yang baru kembali turun, diperdagangkan di sekitar $77.00 per barel.

Penurunan harga minyak mentah WTI disebabkan karena meningkatnya ketakutan akan resesi global yang akan membuat turunnya demand terhadap minyak mentah, di tengah atmosfir pengetatan kebijakan moneter dari para bank sentral utama dunia yang berlomba menaikkan tingkat suku bunganya dalam rangka memerangi inflasi.

Pada minggu lalu, dimulai dari Federal Reserve AS pada hari Rabu, dilanjutkan dengan Bank of Japan, Switzerland National Bank, dan Bank of England mengumumkan keputusan kebijakan moneter masing – masing yang hampir semua menaikkan tingkat suku bunganya.

Setelah keputusan Federal Reserve AS menaikkan tingkat bunga sebanyak 75 bps, Bank of Japan memutuskan untuk tetap mempertahankan kebijakan moneternya, namun kemudian segera mengintervensi pasar forex yang menyebabkan USD/JPY jatuh sekitar 600 pips. Switzerland National Bank menaikkan tingkat bunganya 75 bps juga, sementara Bank of England menaikkan tingkat bunganya sebesar 50 bps.

Penurunan harga minyak mentah WTI juga didorong oleh terus menguatnya dollar AS yang sempat naik ke atas 114.00 di tengah sentimen pasar yang terus “risk-off” sehingga membuat arus safe – haven berlari masuk ke dollar AS sebagai assets yang safe – haven.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Selasa sempat  bergerak naik, diperdagangkan di sekitar $78.40 per barel, sebelum akhirnya terkoreksi turun kembali ke sekitar $77.45 per barel.

Setelah sempat turun ke $76.44, minyak mentah WTI mengalami koreksi naik ke $78.40 pada awal jam perdagangan sesi AS. Namun dalam jam perdagangan sesi AS selanjutnya harga minyak mentah WTI terkoreksi turun kembali ke $77.45 per barel.

Selain kurangnya data atau event dari kalender ekonomi yang muncul pada hari Selasa, koreksi yang terjadi atas dollar AS dan harapan akan terhindarnya dunia dari resesi kelihatannya telah mendorong kenaikan harga minyak mentah WTI dari level terendah sejak bulan Januari 2020.

Indeks dollar AS turun dari ketinggian selama 20 tahun, turun 0.4% intraday dekat 113.68 dengan turunnya yields treasury AS bersamaan dengan buruknya data ekonomi AS dan ekspektasi inflasi.

Yields treasury AS turun dari ketinggian beberapa tahun, sementara S&P 500 Futures mengalami kenaikan. Yields treasury AS 10 tahun naik ke level tertinggi dalam 12 tahun.

Selain itu data ekonomi AS, Chicago Fed National Activity Index, melemah ke 0.00 pada bulan Agustus dibandingkan dengan ekspektasi pasar di 0.09 dan revisi naik dari angka sebelumnya di 0.29.

Sementara ekspektasi inflasi jangka panjang turun ke level terendah sejak Juli 2022 dengan angka terakhir ada di 2.32%.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Rabu bergerak naik, diperdagangkan di sekitar $81.38 per barel.

Kenaikan harga minyak mentah WTI disebabkan sebagian karena berbalik melemahnya dollar AS setelah keluar data ekonomi AS yang buruk bersamaan dengan membaiknya sentimen di pasar.

National Association of Realtors (NAR) AS pada hari Rabu mengatakan bahwa Pending Home Sales Index, jatuh 2.0% ke 88.40 pada bulan lalu. Kejatuhannya sebesar 2.0% ini lebih dalam dari pada yang diperkirakan oleh para ekonom yang melihat penurunan sebesar 0.9%.

Dari 10 bulan yang telah lewat, Pending Home Sales turun sebanyak 9 bulan. Dalam setahun, Pending Home Sales Index telah turun lebih dari 24%.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Kamis melanjutkan kenaikannya, diperdagangkan di sekitar $82.30 per barel.

Harga minyak mentah WTI hari Rabu mengalami rally karena melemahnya dollar AS ditambah lagi dengan penurunan yang cukup besar dalam persediaan minyak mentah Amerika Serikat sebagaimana dengan yang dilaporkan oleh Energy Information Administration (EIA).

Pada hari Kamis penurunan dollar AS selesai dan dollar AS sudah dibeli orang lagi. Melemahnya dollar AS pada hari Rabu sebagian besar disebabkan karena level harga dollar AS telah “oversold” dan juga karena tindakan “rebalancing” pada akhir kuartal yang biasa dilakukan oleh para trader dan investor.

Kenaikan harga minyak mentah WTI sebesar 5% pada hari Rabu adalah pergerakan harian terbaik dalam waktu lebih dari 4 bulan.

Kenaikan harga minyak mentah WTI tidak sendirian. Banyak assets investasi yang juga mengalami kenaikan di pasar keuangan dalam 24 jam di dalam pergerakan naik yang sinkron secara sistematik seperti emas dan indeks saham S&P 500 berjangka, karena jatuhnya dollar AS dan yields obligasi 30 tahun pemerintah Inggris.

Sentimen “risk-on” di pasar kembali muncul. Ada suatu yang besar yang terjadi di pasar yang menyebabkan sentimen para trader membaik. Pergerakan pasar yang besar yang terjadi pada hari Rabu dimulai dari Inggris.

Meskipun inflasi di Inggris berada pada level tertinggi selama beberapa dekade, Bank of England (BoE) memulai kembali Quantitative Easing paling tidak sebentar dan dalam jumlah yang terbatas. Program pembelian obligasi yang baru Inggris bernilai 65 miliar Poundsterling, sekitar 5 miliar per hari sampai tanggal 14 Oktober.

Ditambah lagi dengan proposal pemerintah yang baru dimana Langkah stimulus diumumkan seperti pemotongan pajak. Hal ini berarti kebijakan moneter dan fiscal Inggris sedang menuju arah yang berlawanan dengan sebelumnya.

Sebagai akibatnya Sterling jatuh ke rekor terendah pada hari Senin meskipun sebentar.

Semua ini membuat harga minyak mentah WTI terdukung naik di posisi di atas.

Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS hari Jumat berbalik turun, diperdagangkan di sekitar $79.36 per barel.

Harga minyak mentah WTI tertekan turun dari ketinggian di $82.50 yang dicapai pada hari Kamis. Diantara katalisator kunci yang menyebabkan turun-naiknya harga minyak mentah WTI adalah kekuatiran akan resesi dan ketakutan akan ketatnya supply serta menguatnya kembali dollar AS.

Pasar secara umum mengalami keengganan terhadap resiko yang tinggi di tengah goyahnya pasar keuangan, obligasi dan saham yang menimbulkan arus safe – haven masuk dan kembali mendorong naik dollar AS.

Kekuatiran akan resesi global diperbesar dengan mayoritas bank sentral utama dunia tetap agresif dalam menaikkan tingkat suku bunganya meskipun belakangan ini ekonomi dunia terpukul dan supply minyak mentah menjadi genting.

Ditambah lagi dengan adanya percakapan mengenai ketidak sanggupan Cina untuk mengatasi kekacauan resesi dan ketakutan Inggris akan mengalami lebih banyak kesakitan yang disebabkan oleh kebijakan fiskal yang terbarunya yang kelihatannya negatip bagi harga energi.

Perhatian Pada Minggu Ini

Pada minggu ini pergerakan dollar AS kembali akan berpengaruh terhadap pergerakan harga minyak mentah. Arah pergerakan harga minyak mentah WTI dalam jangka pendek akan sangat tergantung kepada data inflasi dan employment yang akan dirilis dalam dua minggu pertama dari bulan Oktober.

Apabila data inflasi Consumer Price Index (CPI) atau employment lebih kuat daripada yang diperkirakan maka hal ini adalah negatip bagi harga minyak mentah WTI. Ini menunjukkan bahwa the Fed kemungkinan akan lebih suka meneruskan kenaikan tingkat suku bunga ke 4.6% sebagaimana yang telah diperlihatkan dalam outline dot-plot the Fed. Inflasi yang tinggi akan juga bisa berarti pasar akan memperhitungkan dalam harga sesuatu yang lebih agresif dalam perjalanan selanjutnya.

Konsensus pasar memperkirakan laporan employment AS yang akan keluar pada hari Jumat minggu ini akan menunjukkan bahwa ekonomi AS menambah 250.000 posisi pekerjaan pada bulan September dan tingkat pengangguran tetap mendekati kerendahan selama 50 tahun di 3.7%.

Angka inflasi tahunan diperkirakan akan muncul di 8.1% pada bulan September setelah membukukan angka 8.3% pada bulan Agustus.

Kemungkinan Pulih Pada Minggu Ini

Setelah berhasil membalikkan arah dari kerendahan bulan Januari di $74.27, harga minyak mentah WTI memperpanjang rebound-nya dari kerendahan bulanan di $76.25 setelah turunnya inventori AS tanpa terduga. Harga minyak mentah kemungkinan bisa pulih lebih besar lagi pada minggu ini.

Angka – angka belakangan ini dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan bahwa inventori minyak mentah AS terkontraksi untuk pertama kalinya pada bulan ini dengan timbunan persediaan menyempit 215.000 dibandingkan dengan yang diperkirakan kenaikan sebesar 443.000.

Tanda – tanda ketangguhan demand kemungkinan bisa mempengaruhi Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dengan group ini berbalik kembali kepada skedul produksi sebelumnya dan grup ini kemungkinan menawarkan supply yang kokoh dan mati.

Angka – angka belakangan ini dari Energy Information Administration (EIA) menunjukkan bahwa inventori minyak mentah AS terkontraksi untuk pertama kalinya pada bulan ini, dengan timbunan stok menyempit 215.000 pada minggu yang berakhir tanggal 23 September dibandingkan dengan yang diperkirakan kenaikan sebesar 443.000.

Tanda – tanda tangguhnya demand kemungkinan akan mempengaruhi OPEC sebagai grup untuk kembali ke skedul produksi semula dan grup ini bisa menawarkan supply yang stabil selama bulan – bulan yang akan datang dengan lingkungan naiknya tingkat bunga di negara-negara maju menekan outlook pertumbuhan ekonomi global.

Support & Resistance

Support” terdekat menunggu di $79.10 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $78.81 dan kemudian $77.87. “Resistance” yang terdekat menunggu di $79.98 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $80.99 dan kemudian $82.44.

Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting

Editor: Asido.