(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- IHSG dan rupiah kembali dalam tekanan aksi jual, oleh pernyataan the Fed yang hawkish untuk menaikkan lebih lama suku bunganya.
- Posisi cadangan devisa pada akhir Februari dilaporkan meningkat mencapai USD 140,3 miliar.
- Untuk pekan mendatang, pasar akan mencermati rilis neraca perdagangan Indonesia pada hari Rabu.
Minggu berikutnya, isyu prospek pemulihan ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 13-17 March 2023.
===
Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau melemah di pekan ketiganya ke level hampir 2 bulan terendahnya, searah dengan koreksi di bursa global dan regional oleh pernyataan the Fed yang hawkish untuk memerangi inflasi di Amerika. Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya bias melemah. Secara mingguan IHSG ditutup melemah 0,84%, atau 57,336 poin, ke level 6.756,300. Untuk minggu berikutnya (13-17 Maret 2023), IHSG kemungkinan masih dalam bias melemah namun berusaha rebound di support dekatnya, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 6.890 dan 6.962. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 6.728, dan bila tembus ke level 6.688.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu melemah di minggu kelimanya, ke level sekitar 2 bulan terendahnya, lanjut terpicu oleh pernyataan the Fed yang siap menaikkan suku bunga acuan lebih besar dalam periode yang lebih lama untuk menekan inflasi AS, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,92% ke level Rp 15.450. Sementara, dollar global terpantau fluktuatif dan menguat terbatas. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan sempat terkoreksi namun tetap bias menaik, atau kemungkinan rupiah rebound di oversold awal pekannya lalu diincar koreksi, dalam range antara resistance di level Rp15.480 dan Rp15.643, sementara support di level Rp15.282 dan Rp15.150.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau berakhir naik terbatas secara mingguannya, terlihat dari pergerakan turun tipis yield obligasi dan berakhir ke 6,962% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah berlanjutnya aksi jual investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury tergelincir setelah rally 4 pekan.
===
Kinerja penjualan eceran secara tahunan diprakirakan meningkat pada Februari 2023. Hal tersebut tecermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Februari 2023 sebesar 205,2, atau tumbuh 2,6% (yoy), lebih baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang berada pada fase kontraksi. Kinerja penjualan eceran yang positif tersebut didorong oleh pertumbuhan Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau, serta Subkelompok Sandang.
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2023 mencapai 140,3 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Januari 2023 sebesar 139,4 miliar dolar AS. Peningkatan posisi cadangan devisa pada Februari 2023 antara lain dipengaruhi oleh penerimaan pajak serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
Berdasarkan data transaksi 6 – 9 Maret 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp2,67 triliun terdiri dari jual neto Rp3,03 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp0,36 triliun di pasar saham.
===
Bagaimana hasil trading investasi Anda? Ada yang bagus, dan ada yang buruk, mungkin. Memang tidak mudah bermain di pasar investasi ini. Faktanya, sejujurnya, jauh lebih banyak kelompok orang yang mengalami loss ketimbang profit secara konsisten. Mereka yang menang umumnya adalah para professional trader dan investor yang menekuni dan mempelajari pasar dan metodologi untuk mememenangkannya begitu rupa. Bagaimanapun, tidak ada short cut untuk menjadi high gainers. Tapi Vibiznews dapat membantu Anda mempercepat proses belajar dan mendampingi saat membutuhkan informasi pasar terkini secara akurat. Untuk diingat, kami ada untuk sukses investasi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting