(Vibiznews – Commodity) Harga minyak mentah berjangka benchmark Amerika, West Texas Intermediate (WTI) di bursa Nymex pada jam perdagangan sesi AS, hari Rabu, berhasil keluar dari tekanan turun dan diperdagangkan naik ke sekitar $67.70 per barel.
Harga minyak mentah WTI sempat turun menyentuh ke rendahan di bulan Desember 2022, setelah turun tiga hari berturut-turut, harga minyak mentah WTI mencapai dasarnya di sekitar $66 per barel. Kelegaan jangka pendek datang pada hari Kamis setelah diumumkan rencana “backup” bagi Credit Suisse yang memburuk kondisi keuangannya. Setelah kejatuhan Silicon Valley Bank, Credit Suisse menyusul dalam antrian berikutnya yang menyatakan kesulitan likuiditas yang dialami yang menyebabkan harga sahamnya terjun bebas.
Kenaikan harga minyak mentah WTI juga disebabkan karena negara – negara G-7 menolak untuk menurunkan batas harga minyak mentah Rusia lebih jauh. Wall Street Journal melaporkan bahwa Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada minggu lalu bahwa tidak ada minat bagi Washington untuk mengubah sanksi minyak mentah terhadap Rusia.
The International Energy Agency (IEA) mempublikasikan komentarnya pada hari Rabu menyatakan bahwa ekspor minyak Rusia turun lebih dari 500.000 barel per hari pada bulan Februari. Sementara itu persediaan minyak mentah global meningkat sekitar 7.8 miliar barel, level tertinggi sejak bulan September 2021, yang menunjukkan melambatnya kecepatan konsumsi minyak mentah. Meskipun outlook pertumbuhan global pesimis, IEA telah menaikkan perkiraan permintaan minyak mentah untuk tahun 2023 dari 100 juta barel per hari menjadi 102 juta barel per hari.
Support & Resistance
Support” terdekat menunggu di $66.80 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $65.97 dan kemudian $65.25. “Resistance” yang terdekat menunggu di $68.16 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $68.74 dan kemudian $69.63.
Ricky Ferlianto/VBN/Head Research Vibiz Consulting
Editor: Asido.