Kenapa Investor Harus Beli dan Jual Saham, Ternyata Ini Alasannya

436
saham

(Vibiznews – Column) – Ada beberapa dasar yang dipertimbangkan oleh investor dalam membeli atau menjual saham, di antaranya:
1. Analisis Fundamental: Analisis fundamental dilakukan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, seperti kesehatan keuangan, kinerja operasional, posisi pasar, dan prospek masa depan. Investor akan mencari saham dari perusahaan yang memiliki kinerja baik dan prospek yang kuat.
2. Analisis Teknikal: Analisis teknikal dilakukan dengan memperhatikan pola pergerakan harga saham di pasar. Investor akan mencari tren harga saham, volume perdagangan, dan indikator teknis untuk membantu menentukan kapan harus membeli atau menjual saham.
3. Sentimen Pasar: Sentimen pasar mengacu pada persepsi dan keyakinan umum investor tentang pasar saham dan perusahaan tertentu. Investor akan mencari tanda-tanda positif atau negatif dalam sentimen pasar yang dapat mempengaruhi harga saham.
4. Diversifikasi: Investor akan mempertimbangkan portofolio investasinya secara keseluruhan dalam membeli atau menjual saham. Diversifikasi dapat membantu mengurangi risiko dan memaksimalkan potensi pengembalian investasi.
5. Tujuan Investasi: Investor akan mempertimbangkan tujuan investasi jangka panjang mereka dalam membeli atau menjual saham. Tujuan investasi dapat berupa menghasilkan pendapatan, pertumbuhan modal, atau diversifikasi portofolio.

Apakah PE Ratio akan menjadi pertimbangan investor dalam membeli dan menjual saham?

Ya, Price to Earnings Ratio (PE Ratio) adalah salah satu faktor yang biasanya dipertimbangkan oleh investor dalam membeli atau menjual saham. PE Ratio mengukur hubungan antara harga saham dan laba bersih per lembar saham yang dihasilkan oleh perusahaan. Semakin rendah PE Ratio, semakin murah valuasi saham tersebut, dan semakin tinggi potensi pengembalian investasi.

Sebagai contoh, jika saham XYZ memiliki PE Ratio 10 dan saham ABC memiliki PE Ratio 20, maka investor mungkin cenderung lebih memilih saham XYZ karena valuasi saham tersebut lebih murah. Namun, investor harus memperhatikan faktor lain, seperti kesehatan keuangan perusahaan dan prospek masa depan, sebelum membuat keputusan membeli atau menjual saham.

Namun, perlu diingat bahwa PE Ratio hanya satu dari banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan investasi. Ada banyak faktor lain, seperti pertumbuhan laba, rasio keuangan, posisi pasar, dan risiko yang harus dipertimbangkan untuk membuat keputusan investasi yang tepat.

Pengertian Price Earning Ratio

Price Earning Ratio (P/E Ratio) adalah rasio keuangan yang digunakan untuk menilai nilai relatif dari saham di pasar. P/E Ratio diperoleh dengan membagi harga saham pasar dengan laba per saham (EPS).

P/E Ratio merupakan indikator penting bagi investor karena dapat memberikan gambaran tentang seberapa mahal atau murahnya suatu saham dibandingkan dengan kinerja keuangan perusahaan yang mendasarinya. Semakin tinggi P/E Ratio suatu saham, semakin mahal valuasi saham tersebut dan semakin tinggi ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan laba di masa depan. Sebaliknya, semakin rendah P/E Ratio suatu saham, semakin murah valuasi saham tersebut dan semakin rendah ekspektasi pasar terhadap pertumbuhan laba di masa depan.

Contoh penggunaan P/E Ratio: Jika suatu saham XYZ diperdagangkan pada harga Rp100 dan laba per saham yang dilaporkan perusahaan adalah Rp5, maka P/E Ratio XYZ adalah 20. Ini berarti investor membayar Rp20 untuk setiap Rp1 laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Dalam hal ini, semakin rendah P/E Ratio, semakin murah valuasi saham dan semakin menarik untuk dibeli oleh investor. Namun, investor harus mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti kondisi keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhan di masa depan sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual saham tersebut.

Ada satu faktor lagi yang dapat menjadi pertimbangan para investor saham yaitu Price to Book Value (PBV).

Price to Book Value (PBV) adalah salah satu rasio keuangan yang digunakan untuk menilai harga saham dengan membandingkan nilai buku per saham dengan harga pasar per saham. PBV digunakan untuk mengukur nilai investasi yang diberikan oleh pasar terhadap nilai buku perusahaan.

Sebagai investor, PBV bisa menjadi salah satu pertimbangan saat membeli atau menjual saham, terutama jika Anda tertarik pada nilai intrinsik perusahaan. Jika PBV saat ini rendah dibandingkan dengan historisnya, hal itu bisa menunjukkan bahwa pasar mungkin menilai perusahaan kurang dari nilai bukunya. Ini bisa memberikan kesempatan bagi investor untuk membeli saham dengan harga yang murah dibandingkan dengan nilai buku perusahaan, sehingga bisa memberikan potensi keuntungan di masa depan ketika pasar kembali menilai perusahaan secara lebih wajar.

Namun, perlu diingat bahwa PBV tidak bisa menjadi satu-satunya faktor dalam pengambilan keputusan investasi. Anda juga harus mempertimbangkan faktor-faktor lain, seperti kinerja perusahaan, posisi pasar, manajemen perusahaan, dan kondisi ekonomi secara keseluruhan. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan analisis yang komprehensif sebelum membeli atau menjual saham.

Karena Price to Book Value (P/B Ratio) adalah rasio keuangan yang mengukur hubungan antara harga pasar saham dengan nilai buku per saham perusahaan maka P/B Ratio diperoleh dengan membagi harga pasar saham dengan nilai buku per saham.

Nilai buku per saham adalah total ekuitas perusahaan yang dibagi dengan jumlah saham yang beredar. P/B Ratio digunakan untuk mengevaluasi apakah suatu saham dihargai dengan wajar atau terlalu tinggi dibandingkan dengan nilai buku per sahamnya.
Semakin tinggi P/B Ratio, semakin mahal valuasi saham dibandingkan nilai buku per saham, dan sebaliknya, semakin rendah P/B Ratio, semakin murah valuasi saham dibandingkan nilai buku per saham.

Contoh penggunaan P/B Ratio: Jika saham ABC diperdagangkan pada harga Rp50 dan nilai buku per sahamnya adalah Rp10, maka P/B Ratio ABC adalah 5. Ini berarti investor membayar 5 kali lipat dari nilai buku per saham ABC. Dalam hal ini, semakin rendah P/B Ratio, semakin murah valuasi saham dibandingkan nilai buku per saham, dan semakin menarik untuk dibeli oleh investor. Namun, investor harus mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti kinerja perusahaan dan prospek pertumbuhan di masa depan sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual saham tersebut.

Sekarang Seberapa Penting Arti Value dan Harga Saham bagi Investor Ritel?

Value dan harga saham adalah dua konsep yang berbeda dalam konteks pasar saham.
Harga saham adalah harga terakhir yang ditetapkan pada suatu saham pada pasar terbuka, yang ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Harga saham dapat berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung pada berbagai faktor, termasuk kinerja perusahaan, kondisi pasar, dan sentimen investor.

Sementara itu, nilai saham mengacu pada seberapa berharga suatu saham bagi investor. Nilai saham didasarkan pada berbagai faktor fundamental perusahaan, seperti pendapatan, laba, pertumbuhan, manajemen, dan posisi pasar. Sebagai contoh, jika suatu perusahaan memiliki kinerja yang kuat, pertumbuhan yang stabil, manajemen yang baik, dan posisi pasar yang kuat, maka nilai saham perusahaan tersebut dapat dianggap tinggi.

Dalam prakteknya, investor seringkali menggunakan analisis fundamental untuk menentukan nilai saham perusahaan dan kemudian membandingkan nilai saham tersebut dengan harga saham pasar terakhir. Jika nilai saham lebih tinggi daripada harga saham pasar, maka saham dianggap sebagai potensi investasi yang menguntungkan. Sebaliknya, jika nilai saham lebih rendah daripada harga saham pasar, maka saham dianggap sebagai potensi investasi yang kurang menguntungkan atau bahkan berisiko.

Pengertian Efficient Market

Terakhir, ada satu pengertian lagi yang harus dipahami para investor retail, yaitu Efficient Market atau Pasar Efisien.

Efficient Market adalah istilah yang digunakan dalam ilmu keuangan untuk menggambarkan pasar di mana harga saham mencerminkan informasi yang tersedia secara efisien. Dalam pasar efisien, informasi tentang kinerja perusahaan, kondisi ekonomi, dan faktor-faktor lainnya secara cepat dan tepat tercermin dalam harga saham.

Konsep pasar efisien pertama kali diperkenalkan oleh Eugene Fama pada tahun 1960-an. Dia mengatakan bahwa dalam pasar efisien, informasi yang baru dan relevan akan cepat tercermin dalam harga saham dan karena itu sulit untuk mencari tahu secara konsisten saham mana yang akan menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi daripada yang diharapkan.

Pasar efisien diklasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yaitu pasar efisien lemah, pasar efisien setengah kuat, dan pasar efisien kuat, yang masing-masing menggambarkan tingkat keefisienan pasar yang berbeda.
• Pasar efisien lemah: Harga saham mencerminkan semua informasi historis tentang harga dan volume perdagangan saham. Investor tidak dapat menghasilkan keuntungan secara konsisten dengan menganalisis informasi historis ini.
• Pasar efisien setengah kuat: Harga saham mencerminkan semua informasi yang tersedia secara publik, termasuk informasi historis dan informasi keuangan perusahaan. Investor tidak dapat menghasilkan keuntungan secara konsisten dengan menganalisis informasi yang tersedia secara publik ini.
• Pasar efisien kuat: Harga saham mencerminkan semua informasi yang tersedia, baik informasi publik maupun informasi pribadi. Investor tidak dapat menghasilkan keuntungan secara konsisten dengan menganalisis informasi apapun yang tersedia di pasar.

Secara umum, pasar efisien dianggap menguntungkan bagi investor karena harga saham mencerminkan informasi yang akurat dan terkini. Namun, ini juga berarti bahwa investor mungkin akan menghadapi kesulitan untuk menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dari pasar.

Selasti Panjaitan/Vibiznews/Head of Wealth Planning