(Vibiznews – Editor’s Note) – Pasar investasi domestik pada minggu lalu diwarnai dengan sejumlah isyu, di antaranya:
- Data BPS menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2023 5,03% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya.
- Rupiah dan IHSG secara mingguan terkoreksi wajar dari overbought area-nya, di tengah capital outflow yang terbatas, Rp0,9 triliun.
Minggu berikutnya, isyu prospek pemulihan ekonomi dalam dan luar negeri, akan kembali mewarnai pergerakan pasar. Seperti apa dinamika pasar hari-hari ini? Berikut detail dari Vibiznews Domestic Market Review and Outlook 8-12 Mei 2023.
===
Minggu lalu IHSG di pasar modal Indonesia terpantau terkoreksi, mendekati 4,5 minggu terendahnya, ditarik aksi profit taking dari rally minggu sebelumnya, meskipun pertumbuhan PDB RI kuartal 1 dirilis cukup stabil 5,03% (yoy). Sementara itu, bursa kawasan Asia umumnya mixed dengan bias menguat. Secara mingguan IHSG ditutup melemah 1,85%, atau 128,085 poin, ke level 6.787,631. Untuk minggu berikutnya (8-12 Mei 2023), IHSG kemungkinan akan konsolidasi dengan sempat rebound di awal pekannya, dengan mencermati sentimen bursa regional sepekan depan. Secara mingguan, IHSG berada antara resistance di level 6.970 dan 7.054. Sedangkan bila menemui tekanan jual di level ini, support ke level 6.733, dan bila tembus ke level 6.692.
Mata uang rupiah terhadap dollar AS pekan lalu terkoreksi dari posisi overbought-nya di sekitar level 10,5 bulan tertingginya, di tengah the Fed yang kembali menaikkan suku bunganya serta aksi jual asing di pasar SBN walau terbatas sekitar Rp0,5 triliun, sehingga rupiah secara mingguannya berakhir melemah 0,14% ke level Rp 14.675. Sementara, dollar global terpantau agak bearish. Kurs USD/IDR pada minggu mendatang diperkirakan akan cenderung downtrend bertahap kembali, atau kemungkinan rupiah masih dalam bias menguat, dalam range antara resistance di level Rp15.012 dan Rp15.125, sementara support di level Rp14.627 dan Rp14.544.
Harga obligasi rupiah Pemerintah Indonesia jangka panjang 10 tahun terpantau berakhir naik secara mingguannya, terlihat dari pergerakan turun yield obligasi dan berakhir ke 6,436% pada akhir pekan. Ini terjadi di tengah aksi beli investor asing di SBN. Sementara yields US Treasury berakhir flat secara mingguannya.
===
Bank Indonesia menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat di tengah perlambatan ekonomi global. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2023 tercatat sebesar 5,03% (yoy), sedikit meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,01% (yoy).
Ke depan, pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan tetap kuat pada batas atas kisaran 4,5-5,3%, didorong oleh perbaikan permintaan domestik dan tetap positifnya kinerja ekspor.
Inflasi April 2023 tetap terkendali di tengah periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idulfitri. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) April 2023 tercatat sebesar 0,33% (mtm), sehingga secara tahunan menjadi 4,33% (yoy), turun dari level bulan sebelumnya yang sebesar 4,97% (yoy).
Berdasarkan data transaksi 2 – 5 Mei 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp0,95 triliun terdiri dari jual neto Rp0,55 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp0,40 triliun di pasar saham.
===
Pembaca setia, perhatikanlah chart pergerakan harga asset investasi. Setelah periode rally pasar, tiba juga saat untuk aksi profit taking. Investor akan selalu mencari dan menunggu momentum demikian. Itu yang sebagian pelaku pasar lakukan sebelum ini. Dengan jalan itulah para fund manager global telah mereguk keuntungan besar mereka. Anda ingin sukses investasi? Siapa yang tidak mau, bukan? Ikuti cara para fund manager berinvestasi mengikuti gelombang trend yang ada. Anda pun bisa sukses demikian. Simak terus karenanya vibiznews.com, website investasi favorit. Kembali, salam sukses bagi Anda, pembaca setia Vibiznews!
Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting